Pengasuhandan Pendidikan. UU Perlindungan Anak telah menghadirkan sejumlah persoalan, khususnya bagi lembaga-lembaga pelayanan Anak yang berbasiskan pelayanan agama (Panti Asuhan, Sekolah Minggu, Pengasuhan, dan Pendidikan Non-Panti). Hal ini terkait dengan pasal-pasal UU PA, yakni Pasal 31-39 yang berbicara tentang pengesahan anak (Pasal 31Pada hari Sabtu, 29 Juni yang lalu, sekitar 50 anggota Persekutuan Doa Pagi PDP dan beberapa simpatisan berangkat ke Bekasi dengan sejumlah mobil pribadi dan satu mobil gereja untuk berkunjung ke Panti Rehabilitasi Disabilitas Mental “GERASA” Gerakan Asih Abadi Indonesia, yang untuk sementara bertempat di sebuah ruko di belakang kompleks pertokoan Ramayana. Kami tiba pada pk. dan disambut oleh Pdt. Lukas Sagotra, dan istrinya, Ibu Ferra Menajang. Mereka membawa kami ke lantai dua, yang merupakan ruang kebaktian GBI, di mana 30 perempuan penghuni panti sudah menunggu dengan tenang. Meskipun Pdt. Lukas adalah pendeta GBI, namun yayasan yang didirikannya bersama beberapa kawannya pada tanggal 1 Juli 2011 merupakan yayasan Kristen yang bersifat interdenominasi, dengan pelayanan di bidang marturia, koinonia, dan diakonia bagi orang-orang yang terabaikan. Setelah doa pembukaan dan acara perkenalan, para anggota PDP membaur dengan para penghuni panti untuk membentuk kelompok-kelompok 5-6 orang. Dalam kelompok-kelompok kecil ini, kami berbincang-bincang dengan mereka dan mendoakan mereka secara pribadi. Semua dapat berbicara dengan baik dan memperkenalkan diri mereka. Nama-nama mereka pun bagus Lina, Yana, Mona, Agnes, Yanti, Once… Mereka berasal dari berbagai etnis, seperti Jawa, Betawi, Ambon, Batak, dan Tionghoa. Sebagian besar mengalami kekerasan dalam rumah tangga KDRT dan dibuang oleh keluarga. Ada yang dulunya berprofesi sebagai wanita penghibur PSK, germo, dan ada juga yang mengalami patah hati karena dijual oleh orangtuanya sebagai pembayar utang dan kemudian ditinggalkan oleh suaminya yang membawa pergi anaknya. Beberapa orang datang ke panti dalam keadaan mengandung besar, dan melahirkan di tempat itu. Mereka merupakan korban pemerkosaan dari orang-orang yang memanfaatkan ketidakberdayaan mereka ketika masih hilang ingatan. Sebagian dari mereka masih muda, sekitar 25-35 tahun, tetapi sudah beberapa kali melahirkan tanpa pernah bertemu kembali dengan anak-anak mereka, yang mungkin sudah diadopsi orang atau diambil oleh panti asuhan. Untuk mencegah hal tersebut, yayasan bertekad untuk tetap memelihara ketiga anak mungil yang dilahirkan di sana sampai mereka dewasa. Dengan demikian mereka akan dididik secara kristiani dan kelak belajar di Sekolah Alkitab. Kami kagum melihat semua penghuni Panti dalam keadaan bersih dan terawat. Rambut mereka semuanya pendek, karena habis dicukur gundul begitu memasuki kehidupan Panti. Begitu datang dari tempat-tempat “lampu merah” dan bahkan ada yang dari kompleks pekuburan, mereka dimandikan, diajari kebersihan dan dikembalikan ingatannya lagi. Sungguh suatu pelayanan yang sangat tidak mudah, penuh pengorbanan, kesabaran dan ketekunan, untuk memanusiakan mereka kembali. Pdt. Lukas bercerita bahwa ketika ia melihat kondisi mereka yang begitu mengenaskan, ia berdoa kepada Tuhan agar mereka tidak terus-menerus dalam keadaan hilang ingatan. Dalam doanya, ia minta waktu selambat-lambatnya 1 bulan untuk memulihkan ingatan mereka, dan Tuhan mengabulkannya. Mereka juga diperiksa kesehatannya dengan lengkap begitu mereka sudah dapat diajak berbicara. Karena berada di tempat-tempat kumuh, mereka rentan sekali terjangkit penyakit TBC, HIV, atau hepatitis. Sungguh pelayanan yang luar biasa dari Pdt. Lukas dan keluarganya, karena mereka berisiko besar tertular oleh penyakit-penyakit ini. Namun Tuhan memelihara mereka, dan para penghuni Panti juga sudah sehat saat ini. Kami juga kagum mendengar beberapa di antara mereka hafal ayat-ayat Alkitab, dan ada juga yang senang menyanyi. Mereka juga bisa ikut diajak bekerja sama mengikuti permainan menggulingkan bola golf ke dalam tabung bambu, meskipun beberapa orang masih tampak pasif dan tidak ekspresif. Rasanya masih panjang perjalanan mereka untuk menemukan keceriaan mereka kembali dan melupakan masa lalu mereka yang kelam. Namun satu hal yang sungguh membuat kami terharu, yaitu mereka semua sudah dijamah oleh Tuhan. Ada harapan masa depan bagi mereka, meskipun mereka tidak dapat kembali ke keluarga masing-masing. Mereka masih bisa diajari dan menghasilkan hal-hal yang berguna. Sebagian dari kami sempat menerima buah tangan hasil karya mereka, seperti keset, lap dan pegangan kompor yang dibuat dari anyaman kaos. Mereka juga sudah bisa memasak dan mencuci pakaian mereka sendiri. Dalam penjelasannya, Pdt. Lukas mengatakan bahwa dasar dari pendirian yayasan ini adalah firman Tuhan dari Matius 2534-43, “… Ketika Aku lapar, haus, tidak punya tumpangan, sakit, dalam penjara dan hina, sampai pada kondisi telanjang”, siapakah yang mau menolong? Dan Dia juga berfirman, “Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” Faktor kemiskinan, mahalnya biaya pengobatan, rasa malu, jijik dan repot memiliki anggota keluarga yang menderita disabilitas mental, sering menjadi alasan keluarga untuk melepaskan darah daging mereka berkeliaran, terlantar, bahkan ada yang telanjang di jalan. Mereka bertahan hidup hanya dengan mengais sampah dan hidup jauh dari kesan layak. Anak yatim piatu, gelandangan, pengemis, lanjut usia, masih banyak dipedulikan orang karena mereka masih dapat diajak berinteraksi, namun para penderita disabilitas mental, yang melakukan segalanya di luar kesadaran mereka dan tak kenal kompromi soal jorok, kotor, berpenyakit menular atau tidak, bahkan menjelang ajal, siapa mau peduli? Pengurus yayasan GERASA optimis bahwa dengan pimpinan kuasa Roh Kudus, mereka dapat menjangkau para penderita disabilitas mental ini, sesuai dengan kerinduan dan kemurahan Allah bahwa “manusia diciptakan segambar dengan Dia”, sehingga dapat menerima hidup dalam kasih Bapa. Ibu Rijanti Karim, salah seorang anggota PDP, mengatakan bahwa itulah tindakan nyata yang secara gamblang dilakukan oleh Pdt. Lukas. Ia membuktikan adanya “kekuatan kasih” yang diajarkan kepada kita sebagai umat kristiani, sesuai dengan firman Tuhan yang sering kita baca, tapi belum tentu sepenuhnya kita “nyatakan dalam perbuatan”, meskipun kita sudah sangat mengerti maksud Tuhan. Mengapa demikian? Karena melakukan itu “tidak mudah”, namun bukan berarti “tidak bisa”. Kini yayasan ini sudah membeli sebidang tanah di daerah Kemang Pratama, Bekasi, namun masih belum mendirikannya. Apabila ada di antara pembaca yang tergerak untuk membantu, silakan menghubungi Pengurus Panti di no. telp. 021 881-20-08, faks. 021 881-54-57, HP. 0812-808-803-55. Kami pulang ke Jakarta sekitar pk. dengan membawa kesan yang sangat dalam. Ada sisi lain kehidupan ini yang sangat memerlukan uluran tangan kita. Maukah kita berbagi kasih dengan mereka?
Telepon: (061) 75098777. Panti Asuhan Metta Padma kini hanya mempunyai 10 anak asuh. Para relawan dari Jaya Manggala Group terlebih dahulu berkumpul di City Radio Medan pada jam 10 dan akan berangkat di Panti Asuhan pada jam 10.30 pagi. Logo Jaya Manggala Group. Anak-anak panti asuhan Metta Padma yang menggunakan kostum sama
Jakarta Penjabat Pj Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Heru Budi Hartono mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada asosiasi Realestat Indonesia REI DKI Jakarta yang telah menaruh perhatian kepada anak-anak binaan di panti asuhan yang dikelola Dinas Sosial DKI Jakarta. Idul Fitri di Turki Identik dengan Perayaan Manisan, Jadi Tradisi Penutup Usai Berpuasa Ketimbang Minta Rezeki Berlimpah, Bunda Corla Berdoa Agar Diberi Keselamatan Dalam Kubur dan Dimudahkan Menuju Surga Quraish Shihab Kecenderungan Manusia kepada Kebaikan, tapi Setan Memperdayanya “Saya mendapat laporan bahwa hari ini, sebanyak 567 anak binaan panti asuhan Dinas Sosial DKI Jakarta mendapat santunan berupa uang dan bantuan lainnya dari REI. Tentu ini sangat berharga bagi anak-anak. Apalagi selama ini REI konsisten membantu setiap tahun,” ungkap Heru Budi Hartono, pada acara “Silahturahmi Pj. Gubernur DKI Jakarta dan Ketua DPD REI DKI Jakarta Bersama Anak Yatim, Dhuafa dan Disabilitas” di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3, Duren Sawit, Jakarta Timur. Menurut Heru kedatangan jajaran REI dengan melihat langsung kondisi panti asuhan, merupakan bentuk perhatian dan menjadi semangat bagi anak-anak serta staf pengasuhnya. “Usulan acara di panti asuhan itu dari ibu Widyastuti Asisten Kesejahteraan Rakyat Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta,red. Sehingga jajaran REI, Saya dan staf bisa lihat langsung kondisi panti, dan merasakan suasananya. Anak-anak juga terhibur,” ungkap Heru. Pada kesempatan tersebut Arvin. F. Iskandar, Ketua Dewan Pengurus Daerah DPD Realestat Indonesia REI DKI Jakarta, menerangkan bahwa tahun ini adalah tahun ke-19 REI DKI Jakarta, memberikan santunan selama Ramadhan. “Kami menyelenggarakan program “Buka Puasa Bersama dan Pemberian Santunan kepada Seribu Anak Yatim, Dhuafa” sudah berjalan rutin selama 19 tahun. Bahkan saat pandemi pemberian donasi kami lakukan bekerjasama dengan Pemprov DKI Jakarta melalui program REI DKI Peduli berbagi paket sembako kepada warga yang terdampak Pandemi Covid 19,” terangnya.
Pantiasuhan Desa Putera Jan 2012 - Des 2012 1 tahun. Depok Boys from kindergarten to junior high school are taught and counseled. Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia 2013 - 2016 3 tahun. Layanan Sosial Member Librarian at BPK PENABUR Jakarta Jakarta Barat. Dr. Rewindinar, M. Si.Namanya panti asuhan sedih yaJakarta ANTARA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta alokasikan anggaran untuk renovasi bangunan panti sosial asuhan di bawah naungan Dinas Sosial Jakarta yang mengalami kerusakan, salah satunya Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Duren Sawit, Jakarta Timur. "Namanya panti asuhan sedih ya, tadi juga Bu premi minta bisa di rehab renovasi, jadi ga tau keburu ga, keburu ya, kan di akhir di 2024. Bu premi tolong ajukan rehab- rehab panti asuhan yang di bawah naungan Dinsos," kata Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono saat menghadiri pemberian simbolis santunan kepada anak yatim, penyandang disabilitas, dan dhuafa di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Senin. Heru pada kesempatan itu melihat sekeliling bangunan panti asuhan itu yang mengalami kerusakan, seperti beberapa plafon gedung yang sudah jebol dan cat yang sudah memudar. Dia pun meminta Kepala Dinas Sosial Kadinsos DKI Jakarta Premi Lasari untuk segera mengajukan renovasi panti sosial asuhan di bawah naungan Dinsos. Pj Gubernur DKI Jakarta juga menyoroti kurangnya moda transportasi warga binaan panti untuk Kota Administrasi Jakarta Timur Muhammad Anwar juga mengaku prihatin dengan kondisi panti asuhan tersebut. Oleh karena itu, Anwar berharap langkah tersebut segera dilakukan, terkhusus Kepala Dinas Sosial yang akan mengajukan permohonan renovasi. "Tentunya, pak Gubernur sangat prihatin sekali, rencana mengarahkan untuk renovasi gedung panti ini dengan kondisi yang ada, teknisnya Dinsos yang paham, jadi diharap bisa terpenuhi," jelas Anwar. Sementara itu, Dinas Sosial DKI Jakarta mencatat terdapat 22 panti yang dinaungi Dinsos. Dari 22 panti tersebut terdapat lima rumpun, yakni anak, lansia, disabilitas, remaja, juga pengemis, hingga keseluruhan mencapai orang. "Memang dari 22 panti yang ada di DKI Jakarta itu dibangun tahun 2005, sehingga banyak sekali bangunan-bangunan yang sudah tidak layak, sehingga tadi pak gubernur mengarahkan untuk kami mengusulkan," kata Kepala Dinas Sosial Kadinsos DKI Jakarta Premi Lasari. Dia berharap pembangunan tersebut segera dilakukan dalam waktu dekat, seusai melewati beberapa prosedur. Pewarta Syaiful HakimEditor Ganet Dirgantara COPYRIGHT © ANTARA 2023